Perbedaan Penalaran Deduktif dan Induktif + Contoh Soal & Pembahasannya

oleh | Feb 26, 2024 | Tips Belajar | 0 Komentar

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia diarahkan untuk bisa berpikir dengan pola penalaran yang benar. Tujuannya adalah agar bisa menarik kesimpulan dengan tepat dan mendapatkan jawaban yang dibutuhkan.

Pola berpikir ini sudah ditanamkan sejak masa pendidikan, terlebih bagi kamu yang sedang mempersiapkan UTBK SNBT. Pada materi Penalaran Umum (PU), kemampuan penalaran kamu akan sangat diuji dan diasah. Konsep penalaran yang umum dan dasar digunakan dalam ujian adalah penalaran deduktif dan induktif.

Walaupun sudah sering muncul di soal ujian, masih banyak yang terkecoh dan sulit membedakan 2 konsep tersebut. Artikel berikut ini akan memberikan informasi seputar perbedaan penalaran deduktif dan induktif beserta contoh soalnya. Mari simak penjelasan lebih lengkapnya di bawah ini!

Apa Itu Penalaran Deduktif?

Penalaran deduktif adalah proses berpikir atau bernalar yang menggunakan pernyataan/premis umum untuk mencapai kesimpulan khusus atau spesifik. Sederhananya, penalaran deduktif mengarahkan kamu untuk menjelaskan hubungan dari dua atau lebih masalah/situasi/pernyataan yang ada.

Kesimpulan dari premis yang ada nantinya akan menghasilkan kesimpulan yang benar dengan menerapkan prinsip logika. Contoh pola berpikir dari konsep ini adalah sebagai berikut:

Premis 1: Semua manusia adalah makhluk berbudi pekerti.

Premis 2: Saya adalah manusia.

Lantas, apa kesimpulan dari premis tersebut? Kesimpulannya adalah “Saya adalah makhluk berbudi pekerti.” Mengapa demikian?

Mari lihat rumus di bawah ini:

Semua manusia (A) adalah makhluk berbudi pekerti (B).  → A=B

Saya (C) adalah manusia (A). → C=A

Maka, saya adalah makhluk berbudi pekerti. → Maka, C=B

Premis 1 dalam contoh di atas menyatakan sebuah hal yang umum atau general mengenai keberadaan manusia. Lalu, premis 2 memberikan pernyataan yang lebih spesifik tentang diri saya atau seseorang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa “saya” adalah makhluk berbudi pekerti karena “saya” juga merupakan manusia. 

Apa Itu Penalaran Induktif?

Berkebalikan dengan deduktif, penalaran induktif adalah proses berpikir berdasarkan premis/pernyataan khusus untuk kemudian disimpulkan menjadi pernyataan umum. Secara sederhana, kamu bisa melakukan pengamatan berdasarkan bukti atau premis yang ada. 

Agar kamu memiliki gambaran lebih luas, mari simak contoh premis yang tersedia di bawah ini:

Premis 1: Kulit semangka asal Indonesia berwarna hijau.

Premis 2: Kulit semangka asal Jepang berwarna hijau.

Kesimpulan: Semua semangka berwarna hijau. 

Kesimpulan yang ditarik dari kedua premis tersebut merupakan pernyataan umum yang sudah ada. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa kesimpulan tersebut tidak bisa dianggap mutlak sepenuhnya. Mengapa demikian? Kesimpulan dari penalaran induktif hanya sebagai generalisasi dari pola yang diamati. 

Selain itu, pemahaman yang kuat akan konsep penalaran deduktif dan induktif bisa bantu kamu untuk mudah menghafal rumus matematika, loh! Hal ini bisa terjadi karena kamu sudah memiliki kemampuan pola berpikir secara logis sehingga mudah untuk diaplikasikan pada berbagai jenis rumus matematika. 

Perbedaan Penalaran Deduktif dan Induktif

Lantas, apa perbedaan dari kedua konsep penalaran tersebut? Secara umum, perbedaannya dapat digambarkan seperti poin pembahasan di bawah ini: 

1. Penarikan Kesimpulan

Dari pola penarikan kesimpulan, dapat dikatakan bahwa penalaran deduktif menyimpulkan dari pernyataan umum menjadi pernyataan khusus. Sebaliknya, penalaran induktif mengambil kesimpulan dari pernyataan khusus menjadi pernyataan umum. 

Supaya lebih jelasnya, kamu bisa melihat contoh soal penarikan kesimpulan yang ada di Skuling. Banyak soal latihan disertai pembahasan supaya kamu semakin memahami variasinya.

2. Keabsahan Kesimpulan

Jika dilihat dari pola penarikan kesimpulannya, kesimpulan yang diambil dari penalaran induktif tidak bisa dijamin kebenarannya. Akan tetapi, apabila data pendukungnya banyak dan mencukupi, kesimpulan tersebut akan semakin kuat.

Sementara itu, dalam penalaran deduktif, premis-premis yang ada ketika ditarik kesimpulan akan dianggap benar. 

Contoh Soal Penalaran Deduktif dan Pembahasannya

Agar kamu semakin terbiasa, mari simak beberapa contoh soal penalaran deduktif beserta pembahasannya di bawah ini:

1. Seorang ahli politik, Profesor Rahman, telah melakukan penelitian mendalam tentang fenomena golongan putih (golput) dalam proses demokrasi. Profesor Rahman menemukan bahwa golput memiliki dampak yang signifikan terhadap legitimasi sistem politik dan partisipasi warga negara dalam pembentukan kebijakan publik.

Menurut Profesor Rahman, golput sering kali menjadi respons atas ketidakpuasan terhadap pilihan politik yang tersedia atau rasa putus asa terhadap sistem politik yang dianggap tidak responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakpercayaan terhadap partai politik, kandidat yang mencalonkan diri, atau kebijakan yang diusulkan.

Dampak dari golput dapat dirasakan dalam beberapa aspek. Pertama, golput dapat mengurangi legitimasi pemerintah yang terpilih secara demokratis, karena rendahnya tingkat partisipasi mempertanyakan keabsahan representasi politik. Kedua, golput dapat mengurangi keterwakilan masyarakat yang beragam dalam proses pengambilan keputusan, mengarah pada keputusan yang mungkin tidak mencerminkan kebutuhan dan keinginan seluruh warga negara.

Selain itu, golput juga dapat menghambat perubahan sosial dan politik yang diinginkan, karena partisipasi politik yang rendah dapat mengurangi tekanan untuk reformasi dan perubahan. Profesor Rahman menyimpulkan bahwa meskipun golput dapat menjadi bentuk protes politik, tetapi juga menghadirkan tantangan bagi keberlangsungan demokrasi yang sehat.

Jika tingkat golput terus meningkat tanpa solusi yang efektif, Profesor Rahman memperingatkan bahwa hal ini dapat merusak kualitas demokrasi dan mengancam stabilitas politik suatu negara, dengan potensi konsekuensi yang serius bagi keadilan sosial dan pembangunan politik yang inklusif.

Berdasarkan informasi pada paragraf 5, manakah simpulan berikut paling tepat?

A. Tingkat golput yang rendah tidak akan menyebabkan kerusakan demokrasi dan stabilitas politik.

B. Kerusakan demokrasi dan stabilitas politik juga disebabkan karena kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.

C. Kerusakan demokrasi dan stabilitas politik suatu negara tidak akan terjadi apabila terdapat solusi dan tidak terjadi peningkatan golput

D. Jika kerusakan demokrasi terjadi, maka masalah golput belum terselesaikan.

E. Stabilitas politik akan terjadi dengan pengurangan tingkat golput.

Jawaban: C

Pembahasan:

Pada paragraf 5, dinyatakan bahwa peningkatan golput tanpa adanya solusi menyebabkan ancaman kerusakan demokrasi dan stabilitas politik suatu negara. Implikasi ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

P: Peningkatan golput tanpa solusi.

Q: Ancaman kerusakan demokrasi dan stabilitas politik suatu negara.

Pernyataan tersebut dapat dirumuskan sebagai implikasi jika P, maka Q (P → Q).

Jawaban yang benar adalah C. Kerusakan demokrasi dan stabilitas politik suatu negara tidak akan terjadi apabila terdapat solusi dan tidak terjadi peningkatan golput (~Q → ~P). Pernyataan ini merupakan kontraposisi sehingga memiliki makna yang ekuivalen dengan premis awal.

2. Seorang pakar dalam studi gender, Dr. Putri, telah melakukan penelitian yang mendalam mengenai dampak ketidaksetaraan gender dalam akses pendidikan di negara-negara berkembang. Dr. Putri menemukan bahwa ketidaksetaraan dalam akses pendidikan dapat menghambat pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan di masyarakat.

Menurut Dr. Putri, ketidaksetaraan gender dalam pendidikan tercermin dalam kesenjangan antara jumlah anak perempuan dan laki-laki yang memiliki akses ke sekolah. Faktor-faktor seperti stereotip gender, kekerasan berbasis gender, dan peran tradisional gender dalam masyarakat dapat menjadi hambatan utama bagi anak perempuan untuk mengakses pendidikan formal.

Ketidaksetaraan gender dalam akses pendidikan juga mempengaruhi kesempatan anak perempuan untuk mengembangkan keterampilan dan meraih potensi penuh mereka. Dr. Putri menyimpulkan bahwa ketika anak perempuan diberi akses pendidikan yang sama dengan anak laki-laki, ini tidak hanya menguntungkan individu perempuan secara langsung, tetapi juga menyumbang pada kemajuan sosial dan ekonomi secara keseluruhan.

Selain itu, ketidaksetaraan gender dalam pendidikan juga berdampak pada tingkat kesetaraan di tempat kerja dan partisipasi dalam kehidupan politik. Dr. Putri menyoroti bahwa investasi dalam pendidikan yang inklusif dan setara akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif secara keseluruhan.

Jika tidak ada tindakan yang diambil untuk mengatasi ketidaksetaraan gender dalam akses pendidikan, Dr. Putri memperingatkan bahwa potensi besar anak perempuan untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan akan terbuang sia-sia, dengan konsekuensi serius bagi kemajuan sosial dan ekonomi di negara-negara berkembang.

Berdasarkan teks tersebut, dampak ketidaksetaraan gender dalam akses pendidikan di negara-negara berkembang adalah ….

A. Penurunan tingkat kesetaraan di tempat kerja

B. Pembangunan sosial dan ekonomi yang tidak berkelanjutan

C. Pengurangan peran tradisional gender dalam masyarakat

D. Peningkatan partisipasi politik laki-laki

E. Berkurangnya kesempatan anak perempuan untuk mengembangkan keterampilan

Jawaban: E

Pembahasan:

Dampak ketidaksetaraan gender dalam akses pendidikan di negara-negara berkembang, seperti yang disampaikan oleh Dr. Putri, adalah berkaitan dengan berkurangnya kesempatan anak perempuan untuk mengembangkan keterampilan dan meraih potensi penuh mereka. Ketidaksetaraan dalam akses pendidikan tercermin dalam kesenjangan antara jumlah anak perempuan dan laki-laki yang memiliki akses ke sekolah, dan faktor-faktor seperti stereotip gender, kekerasan berbasis gender, dan peran tradisional gender dalam masyarakat dapat menjadi hambatan utama bagi anak perempuan untuk mengakses pendidikan formal. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah E. Berkurangnya kesempatan anak perempuan untuk mengembangkan keterampilan.

Bagaimana menurut kamu? Apakah kamu sudah mulai bisa menjawabnya? Jika masih belum memahaminya, kamu harus terus banyak berlatih soal yang serupa.

Kamu bisa mengerjakan soal-soal penalaran deduktif bersama Skuling.id. Skuling adalah aplikasi belajar online yang menyediakan ribuan soal untuk subtes materi UTBK SNBT. 

Walau kamu masih salah saat menjawab soal yang tersedia nantinya, kamu tetap akan mendapatkan pembahasan secara gratis, loh! Jadi, kamu akan tetap bisa belajar secara maksimal. 

Contoh Soal Penalaran Induktif dan Pembahasannya

Mari simak beberapa contoh soal penalaran induktif di bawah ini untuk mengasah kemampuan kamu:

1. Vaksinasi Covid-19 telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus Covid-19. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, hingga 31 Januari 2024, jumlah penduduk Indonesia yang telah divaksinasi dosis pertama mencapai 91,8%, dosis kedua mencapai 79,2%, dan dosis ketiga mencapai 42,7%.

Berdasarkan data tersebut, manakah yang paling mungkin terjadi jika target cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia dapat tercapai?

A. Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia akan menurun drastis.

B. Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit akan berkurang.

C. Kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat akan dilonggarkan.

D. Semua orang di Indonesia akan terlindungi dari virus Covid-19.

E. Virus Covid-19 akan hilang dari Indonesia.

Jawaban: A

Pembahasan: 

Jawaban yang paling tepat adalah (a). Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia akan menurun drastis.

Vaksinasi Covid-19 dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus Covid-19. Dengan demikian, orang yang telah divaksinasi akan lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi virus Covid-19. Jika target cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia dapat tercapai, maka jumlah orang yang telah divaksinasi akan semakin banyak. Hal ini akan menyebabkan jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia akan menurun drastis.

Jawaban (b), (c), (d), dan (e) tidak tepat karena tidak secara langsung dipengaruhi oleh target cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

(b) Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dipengaruhi oleh jumlah orang yang terinfeksi virus Covid-19.

(c) Kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat penyebaran virus Covid-19, ketersediaan tempat tidur di rumah sakit, dan daya tahan masyarakat.

(d) Tidak semua orang di Indonesia perlu divaksinasi Covid-19. Orang yang sehat dan tidak memiliki penyakit penyerta tidak perlu divaksinasi.

(e) Virus Covid-19 kemungkinan akan tetap ada di dunia, bahkan setelah pandemi berakhir.

2. Seorang pelatih olahraga menganjurkan kepada atletnya untuk mengkonsumsi minuman isotonik setelah latihan atau pertandingan guna mengganti cairan dan elektrolit yang hilang selama aktivitas fisik. Namun, seorang nutrisionis berpendapat bahwa minuman isotonik sering mengandung jumlah gula yang tinggi dan bahan tambahan lain yang mungkin tidak diperlukan oleh tubuh. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa minuman isotonik memang efektif dalam mengganti cairan dan elektrolit, namun konsumsinya sebaiknya dibatasi karena kadar gula yang tinggi dapat berdampak negatif terhadap kesehatan jangka panjang. 

Manakah pernyataan berikut yang paling tepat berdasarkan hasil penelitian tersebut?

A. Memperkuat pernyataan pelatih olahraga.

B. Memperkuat pernyataan nutrisionis.

C. Memperlemah pernyataan pelatih olahraga.

D. Memperlemah pernyataan nutrisionis.

E. Mendukung kedua pernyataan.

Jawaban: E

Pembahasan:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun minuman isotonik efektif dalam mengganti cairan dan elektrolit, konsumsinya sebaiknya dibatasi karena kadar gula yang tinggi dapat berdampak negatif terhadap kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu, penelitian ini sebagian memperkuat pernyataan pelatih olahraga tentang manfaat penggunaan minuman isotonik untuk mengganti cairan dan elektrolit setelah latihan atau pertandingan. Namun, penelitian juga mendukung pernyataan nutrisionis bahwa konsumsi minuman isotonik perlu dibatasi karena kandungan gula yang tinggi dan bahan tambahan lain yang mungkin tidak diperlukan oleh tubuh.

Oleh karena itu, jawaban yang paling tepat adalah:

e. Mendukung kedua pernyataan.

Pernyataan tersebut mencerminkan bahwa meskipun minuman isotonik dapat membantu mengganti cairan dan elektrolit, penggunaannya harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena kandungan gula yang tinggi dapat memiliki dampak negatif terhadap kesehatan.Dari pembahasan di atas, apakah kamu sudah memiliki gambaran lebih jelas mengenai perbedaan penalaran deduktif dan induktif? Perdalam pemahaman konsep dan perbanyak latihan soal agar kemampuan mengerjakan soal kamu semakin terasah. Tetap semangat!