Kamu pernah danger frasa-frasa, seperti “kembang desa”, “bermuka dua” atau “panjang tangan”? Ketiga frasa ini, seringkali digunakan untuk menggambarkan makna yang bukan dari makna sebenarnya.
Frasa “tangan kanan” misalnya, seringkali tidak digunakan untuk menggambarkan anggota tubuh seseorang, tetapi dipakai untuk menggambarkan sosok yang diandalkan dalam sebuah organisasi atau lembaga. “Pak Prasetyo adalah tangan kanan Pak Bupati”.
Penggunaan kata atau frasa di luar makna aslinya seperti ini disebut dengan majas. Dalam konteks tiga frasa di atas, jenis majas yang digunakan adalah majas metafora. Untuk mempersiapkan diri menjelang UTBK, kamu perlu mempelajari majas ini karena tidak jarang majas metafora ini muncul di berbagai tempat dalam soal literasi Bahasa Indonesia.
Pengertian Majas Metafora dan Ciri-Cirinya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Dalam banyak konteks, majas seringkali juga disebut dengan kiasan.
Majas banyak digunakan dalam berbagai karya sastra baik itu dalam bentuk puisi maupun prosa, seperti novel atau cerpen. Tujuannya adalah untuk memperindah pilihan kata yang digunakan sekaligus untuk membantu pembaca dalam mengimajinasikan cerita atau sosok yang digambarkan dalam cerita tersebut.
Majas dapat terbagi menjadi beberapa jenis. Salah satu diantaranya adalah majas metafora. Majas metafora adalah kiasan yang digunakan untuk membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain karena keduanya memiliki sifat yang mirip atau hampir sama.
Ciri-ciri dari majas metafora adalah:
- Tidak menggunakan kata hubung.
- Membandingkan objek, tindakan dengan objek dan tindakan lainnya menggunakan kata-kata kiasan.
- Tidak menggunakan kata-kata pembanding, seperti bak, bagaikan, seperti dan lain sebagainya.
Hal ini berbeda dengan majas simile. Perbedaan majas metafora dan simile adalah majas simile menggunakan kata-kata pembanding, seperti bak, layaknya, bagaikan. Contoh majas simile yang paling populer adalah “bagai pungguk merindukan bulan”.
Jenis-jenis Majas Metafora
Supaya persiapan UTBK-mu lebih matang, kamu perlu memahami jenis-jenis majas metafora. Jadi, majas metafora kembali dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Majas metafora eksplisit
Dalam jenis ini, objek atau tindakan akan dibandingkan secara langsung. Contoh kalimat majas metafora ini adalah:
“Andi adalah buaya darat”
Dalam kalimat singkat ini, penulis ingin menggambarkan bahwa Andi adalah seorang playboy, berburu wanita seperti buaya yang tinggal di darat.
2. Majas metafora implisit
Dalam majas metafora jenis ini, perbandingan antara dua objek atau dua tindakan yang berbeda digambarkan secara tidak langsung atau lebih halus. Contoh kalimat majas metafora ini adalah:
“Dani adalah siswa yang pintar, karena dia adalah anak kutu buku.”
Kalimat tersebut menggunakan frasa kutu buku untuk menggambarkan sifat Dani yang suka membaca buku dan rajin mengunjungi perpustakaan.
Contoh Majas Metafora dan Maknanya
Ada banyak kata kiasan yang sering digunakan menjadi majas metafora dalam puisi maupun prosa. Berikut ini beberapa diantaranya:
- Tangan kanan = Seseorang yang diandalkan. “Pak Prayogo adalah tangan kanan Pak Bupati”.
- Bermuka dua = Munafik (lain kata di mulut, lain kata di hati). “Jangan percaya omongannya. Dia adalah sosok yang bermuka dua”.
- panjang tangan = Suka mencuri. “Hati-hati dengan orang berpanjang tangan, seperti Kalisha.”
- Kembang desa = Perempuan cantik idaman banyak orang. “Brianna adalah kembang desa yang disukai banyak pria”.
- Buaya darat = Playboy. “Andi adalah seorang buaya darat”.
- Kepala batu = Keras kepala, susah dikasih tahu atau dinasehati. “Kamu memang kepala batu! Susah sekali dinasehati.”
- Makan hati = Dongkol, sebal. “Nggak mau aku ngomong sama dia. Makan hati terus!”
- Kepala dingin = Pikiran yang tenang. “Sebelum mengambil keputusan, sebaiknya dinginkan kepalamu itu dulu.”
- Kabar burung = Rumor, gosip atau kabar yang perlu diperiksa kembali kebenarannya. “Beredar kabar burung kalau Pak Suyatno mengambil sebagian besar uang kas desa.”
- Kecil hati = Sedih, kecewa. “Nggak usah berkecil hati. Insya Allah akan dapat pengganti yang lebih baik.”
- Sampah masyarakat = Orang yang hanya memberikan kontribusi buruk ke masyarakat. “Sampah masyarakat sepertimu sebaiknya tidak boleh bebas berkeliaran.”
- Angkat kaki = Pergi dalam konotasi yang kurang baik. “Karena resah dengan topik yang didiskusikan, Fatma akhirnya angkat kaki dari forum tersebut.”
- Makan asam garam = Sudah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan hidup. “Makan asam garam hidup itu penting, supaya kamu bisa jadi orang yang lebih dewasa dan bijaksana dalam menghadapi masalah kehidupan.”
- Tinggi hati = sombong. “Orang yang tinggi hati seringkali mengabaikan kondisi masyarakat yang ada di sekitarnya.”
- Rendah diri = Kurang percaya diri. “Kegagalan tidak seharusnya menjadikanmu sebagai orang yang rendah diri.”
- Rendah hati = Tidak sombong, baik dan tahu kualitas diri. “Sita memang orang yang rendah hati, tidak marah kalau dikritik.”
- Otak udang = Bodoh (seringkali dalam konteks kemampuan akademis). “Tidak ada anak yang berotak udang. Kamu hanya belum mengetahui bakatmu di bidang apa saja.”
- Uang haram = Harta yang tidak diperoleh dengan cara yang benar (legal dan jujur). “Begitulah uang haram. Gampang didapat, tapi gampang juga ilangnya. Nggak berkah!”.
- Ringan tangan = Suka memukul atau suka menolong (tergantung konteks). “Ayahmu itu memang orang yang ringan tangan. Cepat kali ia pukul barang.” atau “ Orang yang ringan tangan, seperti dia niscaya harta bendanya diberkahi tuhan.”
- Suara emas = Orang yang suaranya bagus atau pandai bernyanyi. “Kamu punya suara emas. Kenapa nggak ikut audisi saja?”
- Berat hati = Terpaksa. “Ayah dengan berat hati merelakanmu pergi.”
- Darah biru = Keturunan bangsawan. “Raden atau Roro umum digunakan sebagai nama depan orang yang berdarah biru.”
- Berpangku tangan = Tidak melakukan apa-apa, bermalas-malasan. “Alih-alih terus berpangku tangan mengharapkan hasil orang lain, tentu akan lebih baik jika kamu mengerjakannya sendiri.”
- Bintang kelas = Orang yang berprestasi di kelas. “Sebagai bintang kelas, Amanda tidak pernah pelit membagi ilmu kepada teman-temannya.”
- Lapang dada = Ikhlas, rela. “Dengan lapang dada, Aris merelakan kekasihnya pergi dengan orang lain.”
- Jago merah = Api. Dengan cepat, si jago merah terus melalap bangunan yang terbuat dari bambu dan kayu.”
- Tulang punggung = Orang yang mencari nafkah untuk keluarga. “Dea adalah tulang punggung keluarganya setelah ayah dan ibunya tiada.”
- Belahan jiwa = Kekasih, orang yang memiliki prinsip atau nilai dengan orang lain. “Tidak mudah untuk mencari belahan jiwa, walau satu saja.”
- Tebal muka = Orang yang tidak punya malu (konotasi negatif). “Orang yang tebal muka, seperti dia, peraturan seperti apapun pasti dilawan.”
- Kambing hitam = Orang yang menanggung kesalahan yang tidak dilakukannya. “Aku sudah bosan dijadikan kambing hitam terus.”
Yuk, Kerjakan Lebih Banyak Variasi Soal di Skuling!
Latih kemampuanmu dalam mengerjakan soal variasi seperti majas ini di aplikasi try out UTBK Skuling! Variasi soal yang lengkap, ditambah dengan pembahasan oleh ahli di bidangnya, membuat Skuling cocok buatmu yang ingin masuk PTN impian. Buat akun Skuling sekarang juga dan dapatkan manfaatnya!
0 Komentar