Lulus S1 Farmasi sering jadi momen dimana perasaan campur aduk, antara lega karena perjuangan panjang sudah selesai tapi juga bingung harus melangkah kemana setelahnya. Kebanyakan bingung mau ambil kuliah profesi atau lanjut S2. Pada dasarnya semua keputusan tentu ada kekurangan dan kelebihannya.
Artikel ini akan membahas pertimbangan-pertimbangan dari keputusan yang kamu ambil. Penasaran? Simak selengkapnya berikut ini!
Pertimbangan Jika Mengambil Profesi
Setelah lulus S1 Farmasi, jurusan yang banyak diminati, sebagian orang memutuskan melanjutkan ke profesi apoteker. Memang sih, jalur profesi ini sering dianggap sebagai paket lengkap sebab status apoteker merupakan syarat mutlak untuk bisa praktek di berbagai bidang mulai dari apotek, rumah sakit, sampai industri farmasi tertentu. Meski demikian, tetap perlu ada pertimbangan sebelumnya, simak apa saja pertimbangannya sebelum kamu mengambil keputusan profesi berikut ini!
1. Biaya dan durasi pendidikan
Lulus dari jurusan Farmasi terbaik biasanya seseorang akan mengambil kuliah profesi apoteker. Yang perlu diketahui sebagai pertimbangan yaitu durasi program profesi dan biaya pendidikannya. Kuliah profesi membutuhkan waktu sekitar 1 sampai 1,5 tahun dengan biaya yang tidak sedikit. Komponen utamanya meliputi biaya kuliah atau SPP yang di kampus negeri berkisar Rp 10–25 juta per tahun, sedangkan di kampus swasta bisa mencapai Rp 25–40 juta.
Selain itu, ada juga biaya praktik atau rotasi profesi untuk seragam, perlengkapan, hingga transportasi yang bisa mencapai Rp3–7 juta, serta biaya ujian dan registrasi profesi, termasuk Ujian Kompetensi Apoteker (UKA) dan pendaftaran ke Ikatan Apoteker Indonesia, yang berkisar Rp 2–5 juta. Jangan lupa memperhitungkan biaya hidup sehari-hari, terutama jika kuliah di luar kota, karena bisa mencapai Rp2–4 juta per bulan atau sekitar Rp 24–48 juta untuk satu tahun. Di luar itu, ada juga biaya tambahan seperti buku, modul, atau alat praktikum yang bisa menambah Rp1–3 juta lagi. Jika ditotal, kuliah profesi apoteker bisa menelan biaya sekitar Rp 20–40 juta di kampus negeri atau Rp 35–60 juta di kampus swasta, belum termasuk biaya hidup, sehingga keseluruhan pengeluaran dapat mencapai Rp 50–100 juta tergantung lokasi dan kebutuhan.
2. Komitmen dan tanggung jawab
Selain soal durasi pendidikan dan biaya, hal lain yang nggak kalah penting dari profesi apoteker adalah komitmen serta tanggung jawab. Menjadi apoteker bukan sekadar menyelesaikan pendidikan tambahan, tapi juga siap memegang peranan besar dalam menjamin keamanan dan ketepatan penggunaan obat. Seorang apoteker bertanggung jawab langsung terhadap kesehatan pasien mulai dari memastikan resep sesuai aturan, memberikan edukasi obat, sampai mengawasi distribusi yang aman.
Tanggung jawab ini membutuhkan ketelitian, etika profesional serta kesiapan mental yang kuat karena kesalahan kecil menimbulkan dampak serius. Artinya sebelum memutuskan mengambil profesi, pastikan kamu memang siap untuk menjalani peran ini dengan dedikasi dan sepenuh hati.
3. Peluang karir yang lebih luas
Seperti yang sudah sempat dijelaskan sebelumnya, dengan gelar apoteker, peluang karier yang bisa kamu pilih jadi jauh lebih luas dibanding hanya berhenti di S1. Lulusan profesi memiliki akses ke berbagai bidang, mulai dari apotek komunitas, rumah sakit, industri farmasi, hingga lembaga pemerintahan.
Kamu bisa bekerja sebagai apoteker klinis yang berinteraksi langsung dengan pasien, terlibat dalam riset dan pengembangan obat, masuk ke divisi quality assurance dan regulatory affairs di industri, bahkan membuka apotek sendiri sebagai penanggung jawab. Selain itu, banyak institusi kesehatan dan perusahaan farmasi besar lebih memprioritaskan tenaga kerja dengan gelar apoteker karena dianggap memiliki kompetensi lengkap.
Jadi, mengambil profesi bisa membuka pintu karier yang lebih bervariasi sekaligus meningkatkan daya saing di dunia kerja.
Pertimbangan Jika Melanjutkan ke Jenjang S2
Selain profesi apoteker, pilihan lain yang bisa diambil setelah lulus dari jurusan kuliah tersulit menurut sebagian orang adalah melanjutkan ke jenjang S2. Keputusan satu ini tentu punya pertimbang tersendiri, diantaranya sebagai berikut!
1. Cocok bagi yang senang dengan fokus akademik
Pertimbangan mengambil S2 bagi lulusan jurusan Farmasi yang pertama adalah kecocokan dengan minat akademik. Program magister umumnya dirancang untuk mereka yang senang mendalami teori, penelitian, dan pengembangan ilmu secara lebih mendalam. Jadi, kalau kamu memang punya ketertarikan pada penelitian laboratorium, pengembangan obat baru, atau ingin menulis karya ilmiah yang berkontribusi pada dunia kesehatan, jalur ini bisa menjadi pilihan yang tepat.
Selain itu, S2 juga membuka peluang besar untuk berkarir sebagai dosen atau akademisi, di mana kamu tidak hanya mengajar, tetapi juga berkesempatan melakukan penelitian dan publikasi yang diakui secara nasional maupun internasional. Dengan kata lain, jalur S2 lebih cocok bagi mereka yang ingin membangun karier jangka panjang di dunia pendidikan tinggi atau riset, dibanding langsung terjun ke praktik pelayanan kesehatan seperti yang ditempuh lewat profesi apoteker.
2. Peluang karir dalam pengembangan industri
Selain jalur akademik, lulusan S2 Farmasi juga punya peluang besar dalam pengembangan industri. Di sektor ini, peran lulusan magister biasanya lebih strategis karena dibekali kemampuan analisis yang lebih dalam dibanding lulusan S1. Kamu bisa terjun ke divisi riset dan pengembangan (R&D) untuk menciptakan formula obat baru, inovasi kosmetik, hingga produk kesehatan berbasis bahan alam.
Tidak hanya itu, posisi di bidang regulatory affairs, quality assurance, hingga manajerial produksi juga banyak membutuhkan tenaga dengan kualifikasi S2 karena tanggung jawabnya menyangkut standar mutu, keamanan, dan kepatuhan terhadap regulasi nasional maupun internasional. Dengan gelar magister, peluang untuk memimpin tim, terlibat dalam proyek besar, atau bahkan bekerja di perusahaan multinasional jadi lebih terbuka, sehingga karirmu di industri farmasi bisa berkembang lebih cepat dibanding jika hanya berhenti di level S1.
3. Daya saing akademik dan internasional
Terakhir, pertimbangan melanjutkan ke jenjang S2 Farmasi adalah soal daya saing akademik dan internasional. Lulusan magister umumnya memiliki peluang lebih besar untuk ikut serta dalam riset kolaboratif, konferensi, hingga publikasi ilmiah yang diakui secara global. Hal ini bisa membuka jalan jika kamu berencana melanjutkan studi ke jenjang doktoral (S3) atau ingin berkarier di dunia akademik.
Selain itu, di ranah industri farmasi, perusahaan multinasional seringkali menempatkan lulusan S2 pada posisi yang lebih strategis karena dianggap memiliki analisis dan pemahaman yang lebih mendalam. Namun, kamu juga perlu mempertimbangkan bahwa jalur ini menuntut komitmen tinggi pada bidang riset serta kesiapan untuk bersaing di level global, baik dari segi kemampuan maupun finansial.
Mana Pilihan yang Terbaik?
Setelah mengetahui semua pertimbangan, mulai dari durasi, biaya, komitmen, hingga peluang karir, wajar kalau muncul pertanyaan mana sih yang paling baik dipilih, profesi atau S2? Jawabannya sebenarnya tidak ada yang mutlak benar atau salah, karena keduanya sama-sama punya jalur dan peluang yang menjanjikan. Semua tergantung pada arah tujuan yang ingin kamu capai setelah lulus S1 Farmasi.
Kalau tujuanmu bekerja di pelayanan kesehatan, mengelola apotek, atau terjun langsung memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, maka profesi apoteker adalah pilihan yang tepat. Namun, bila kamu lebih senang mendalami riset, pengembangan obat, atau meniti karir akademik, maka S2 bisa menjadi jalan yang lebih sesuai. Jadi, yang terbaik bukan soal gelarnya, melainkan seberapa selaras pilihanmu dengan tujuan karir yang ingin kamu bangun.
Yuk, Belajar Bareng Skuling!
Masuk jurusan Farmasi itu butuh usaha keras dan kemauan tinggi. Tapi kabar baiknya, kamu nggak harus selalu ikut les mahal untuk bisa lolos. Sekarang sudah ada website belajar UTBK gratis seperti Skuling yang bisa jadi teman persiapanmu. Di Skuling.id, kamu bisa akses tryout UTBK online gratis, latihan soal UTBK up-to-date, dan berbagai konten pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak SMA. Jadi, kalau targetmu masuk Farmasi atau jurusan lain, Skuling bisa bantu dari awal banget.
Nggak cuma itu, kamu juga bisa memperdalam persiapan lewat Skuling Blog. Di sini tersedia banyak artikel yang membahas strategi belajar UTBK, tips mengatur waktu, penjelasan soal HOTS, sampai ulasan jurusan dan kampus. Bahkan ada juga informasi tentang beasiswa, seleksi mandiri, dan insight dari alumni yang bisa jadi referensi berharga.
Jadi, Blog Skuling ini bukan cuma soal belajar menghadapi tes, tapi juga panduan lengkap buat kamu yang lagi menata masa depan perkuliahan. Jangan salah pilih aplikasi try out UTBK SNBT, daftar sekarang di Skuling dan raih jurusan dan kampus impianmu!

