Setelah kemarin membahas tentang teori produksi, kini saatnya kamu memahami tentang teori konsumsi. Konsumsi adalah kegiatan menggunakan manfaat dari barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau berjaga-jaga atas kebutuhan di masa depan.
Kegiatan konsumsi dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi, baik itu individu, rumah tangga, perusahaan maupun pemerintah. Dalam pembahasan kali ini, penulis akan membahas teori konsumsi mulai dari bagaimana konsumen individu menentukan keputusan konsumsi sebelum ke teori konsumsi dalam makro ekonomi.
1. Utilitas
Kamu membeli barang dan jasa tentunya untuk mendapatkan kepuasan dong ya? Nah, variabel kepuasan ini dalam teori ekonomi disebut dengan utility atau utilitas. Secara teoritis, tingkat kepuasan (utility) seseorang akan berkurang seiring dengan semakin banyak barang yang ia konsumsi. Teori ini dikenal dengan diminishing marginal utility.
Misalnya, kamu lapar dan akhirnya membeli pecel lele di kantin sekolah. Pada sendokan pertama, tingkat kepuasan kamu tinggi karena pada akhirnya kamu makan setelah seharian kelaparan. Jumlah kepuasan ini terus menurun sampai pada akhirnya kamu mencapai kepuasan (utilitas) maksimal alias kenyang dan tidak menambah konsumsi lagi.
Dalam teori ekonomi, semua orang diasumsikan bersikap rasional, sehingga mengkonsumsi suatu barang dan jasa untuk mencapai tingkat kepuasan maksimal. Akibatnya, teori utilitas ini penting untuk memahami teori konsumen secara keseluruhan.
2. Indifference Curve dan Budget Constraint
Di dunia ini, ada banyak sekali barang dan jasa yang bisa kamu konsumsi. Tapi, seringkali kamu memiliki keterbatasan untuk mengkonsumsi semuanya. Keterbatasan ini termasuk pendapatan dan selera (preferensi). Dalam teori ekonomi mikro, perbedaan preferensi dan pendapatan konsumen ini digambarkan dalam dua kurva, yaitu indifference curve dan budget constraint.
Indifference curve adalah kurva yang menggambarkan kombinasi konsumsi antara dua barang yang berbeda yang bisa menghasilkan kepuasan maksimum. Kurva ini berbentuk cekung ke kanan atas. Semakin bergerak ke kanan atas, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dan jasa tersebut.Misalnya, kamu ingin beli kerudung dan kaos. Kamu akan tetap senang meskipun dapat 8 kerudung 1 kaos, 6 kerudung 2 kaos, atau 4 kerudung 4 kaos. Dengan contoh ini, maka indifference curve kamu adalah:
Nah, untuk mendapatkan kepuasan maksimal, kombinasi antara kaos dan kerudung ini harus dipertemukan dengan budget atau anggaran yang kamu miliki. Disinilah kurva budget constraint diterapkan. Misalnya, budget yang kamu miliki adalah sebesar Rp250.000, harga kaos adalah 50.000 per pieces dan harga kerudung adalah Rp25.000 per pieces. Maka, budget constraint kamu adalah:
Kepuasan maksimal terjadi ketika indifference curve bersinggungan langsung dengan budget constraint. Dalam hal contoh di atas, kamu akan mendapatkan kepuasan maksimal ketika berhasil mendapatkan 6 kerudung (Rp150.000) dan 2 kaos (Rp100.000). Ini artinya, semua uang atau sumber daya yang kamu miliki sudah digunakan untuk konsumsi. Jika masih ada uang atau sumber daya yang tersisa, maka dapat dikatakan kalau kepuasanmu masih belum maksimal.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi
Ada banyak hal yang bisa mempengaruhi keputusan seorang individu untuk mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Pendapatan
Sederhananya, semakin banyak pendapatan seseorang, maka semakin banyak pula barang dan jasa yang bisa dikonsumsi. Oleh karena itu, peningkatan pendapatan dapat menggeser kurva indifference curve dan budget constraint ke kanan atas dan meningkatkan utilitas.
Tapi, ada kalanya juga peningkatan pendapatan membuat konsumsi suatu barang dan jasa menurun. Hal ini terjadi ketika barang dan jasa yang dikonsumsi tersebut bersifat inferior dibandingkan dengan barang dan jasa lainnya (inferior goods). Misalnya, beras dan jagung. Kalau pendapatan naik, tentu masyarakat akan membeli beras lebih banyak untuk makanan sehari-hari dibandingkan jagung.
2. Harga
Siapa disini yang suka berburu diskon? Yup! Penurunan harga barang dan jasa dapat mendorong konsumsi lebih banyak. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, perubahan harga dapat membuat budget constraint memutar lebih ke kanan maupun ke kiri.
Pada level makro, kenaikan harga barang dan jasa secara serentak dan berkesinambungan (inflasi) juga mempengaruhi konsumsi (daya beli). Misalnya, harga rumah terus menerus mengalami kenaikan, akibatnya masyarakat tidak bisa membeli rumah secara tunai dan beralih ke KPR atau menyewa terlebih dahulu.
3. Hubungan antara satu barang dan jasa dengan barang dan jasa lainnya
Kamu pernah dengar istilah barang komplementer dan barang substitusi? Yup! Kedua hal ini juga mempengaruhi pilihan konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Misalnya, kenaikan harga beras bisa jadi akan membuat lebih banyak orang membeli jagung untuk makan sehari-hari. Hal ini karena beras dan jagung bersifat saling menggantikan (substitutif) satu sama lain.
4. Selera dan motivasi
Selera dan motivasi tentunya menjadi salah satu faktor yang mendorong kamu mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Misalnya, kamu membeli produk asuransi untuk jaga-jaga, atau membeli bakso yang jauh dari sekolah karena kamu lebih menyukainya dibandingkan dengan bakso yang dijual di kantin.
5. Suku bunga
Pada jenis barang dan jasa tertentu, suku bunga perbankan juga mempengaruhi keputusan konsumsi seorang individu maupun masyarakat secara umum. Misalnya, suku bunga kredit Bank A mengalami kenaikan. Akibatnya, nasabah tidak jadi membeli barang menggunakan kartu kredit bank tersebut atau tidak jadi mengambil KPR di Bank A.
4. Fungsi Konsumsi
Beranjak pada teori konsumsi ekonomi makro, salah satu ekonom terkemuka dunia, John Maynard Keynes, merumuskan fungsi konsumsi sebagai berikut:
C = C0 + b Yd
Keterangan:
C = Total konsumsi
C0 = Total konsumsi meskipun pendapatan sama dengan 0. Sederhananya, meskipun kamu nggak punya pendapatan, tentu kamu perlu makan. Nah, variabel ini menangkap nilai konsumsi tanpa pendapatan tersebut.
b = marginal propensity to consume (MPC) atau kecenderungan kamu untuk mengkonsumsi barang dan jasa. Variabel ini dihitung dengan membagi antara peningkatan konsumsi dengan peningkatan pendapatan. Menurut teori konsumsi Keynes, semakin besar nilai MPC, semakin besar pula proporsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi.
Sederhananya, variabel ini menjawab pertanyaan “Berapa uang yang akan kamu pakai untuk jajan kalau pendapatan kamu meningkat sebanyak sekian persen atau sekian rupiah?”.
Contoh, uang saku kamu naik dari Rp8.000 menjadi Rp10.000 per hari. Jika semuanya kamu pakai untuk jajan, maka nilai MPC kamu adalah 1. Tapi, kalau jajan kamu cuma naik dari Rp8.000 ke Rp9.000, maka nilai MPC kamu adalah 0.5.
Yd = Disposable income atau pendapatan disposabel atau pendapatan yang benar-benar siap digunakan untuk konsumsi barang dan jasa. Pada level individu, tingkat pendapatan yang satu ini dapat dihitung dengan mengurangi gaji dengan pajak, bayar asuransi kantor dan lain sebagainya.
Hasil dari fungsi konsumsi ini kemudian dapat digunakan untuk menghitung gross domestic product (GDP) sebuah negara dengan menggunakan pendekatan pengeluaran.
5. Hubungan Konsumsi dan Tabungan
Konsumsi memiliki hubungan erat dengan tabungan. Umumnya, masyarakat akan menabung kalau ada sisa dari pendapatan bulanan mereka atau bisa juga mereka secara khusus menyisihkan sebagian tabungan untuk ditabung. Oleh karena itu, persamaan hubungan antara konsumsi dan tabungan adalah:
Yd = C + S
Dengan S adalah saving atau tabungan. Sama seperti konsumsi, S juga memiliki kecenderungan yang dinamakan marginal propensity to save (MPS). Nilai MPS kurang dari 1 dan apabila ditambahkan dengan MPC, maka nilainya adalah 1.
MPS + MPC = 1
Yuk, Belajar UTBK Bareng Skuling!
Masih belum paham soal teori konsumsi ekonomi makro dan mikro? Yuk buat akun Skuling dan ikuti Live Class pembahasan soal-soal UTBK gratis! Setelah itu, jangan lupa kerjakan latihan soal-soal ekonomi yang ada di website tryout UTBK SNBT Skuling gratis! Kuy! Download Skuling sekarang!
0 Komentar